Anggota DPR Joget ‘Gemu Fa Mi Re’ Usai Sidang Tahunan MPR, Viral dan Tuai Kontroversi

Ilustrasi kartun editorial anggota dewan berjoget Gemu Fa Mi Re dalam Sidang Tahunan MPR 2025 dengan suasana penuh kontroversi

Anggota DPR Joget ‘Gemu Fa Mi Re’ Usai Sidang Tahunan MPR: Fenomena, Kontroversi, dan Respons Publik

Aksi anggota DPR RI berjoget “Gemu Fa Mi Re” usai Sidang Tahunan MPR 2025 viral di media sosial. Simak kronologi, respons publik, hingga makna budaya di balik fenomena ini

Pendahuluan

Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan salah satu agenda penting dalam kalender politik Indonesia. Acara ini biasanya penuh dengan suasana serius, resmi, dan penuh protokol kenegaraan. Namun, pada gelaran sidang tahun 2025, ada momen unik sekaligus mengejutkan publik. Sejumlah anggota DPR, salah satunya Sadarestuwati dari fraksi PDI Perjuangan, terlihat berjoget ria dengan lagu populer daerah “Gemu Fa Mi Re” usai sidang berlangsung. Aksi tersebut langsung viral di media sosial, menimbulkan beragam reaksi, mulai dari apresiasi hingga kritik pedas.

Fenomena ini bukan hanya dianggap sebagai hiburan semata, melainkan juga membuka diskusi panjang tentang citra wakil rakyat, budaya politik, serta bagaimana momen-momen ringan bisa menjadi sorotan besar di era digital.

Siapa Sadarestuwati?

Sadarestuwati adalah anggota DPR RI yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Ia dikenal cukup aktif dalam menyuarakan isu-isu terkait pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Latar belakangnya sebagai politisi perempuan membuatnya cukup diperhatikan dalam percaturan politik nasional.

Namun, kali ini namanya mencuat bukan karena pidato politik atau inisiatif legislasi, melainkan karena aksi joget usai sidang kenegaraan. Kejadian ini menempatkan dirinya pada posisi unik—antara menjadi simbol keceriaan atau justru bahan kritik atas profesionalitas seorang wakil rakyat.

Lagu “Gemu Fa Mi Re” dan Filosofinya

Sebelum menilai aksi joget tersebut, penting untuk memahami konteks dari lagu “Gemu Fa Mi Re”. Lagu ini berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sering digunakan sebagai tarian massal dalam berbagai acara budaya. Dengan irama yang riang dan gerakan yang sederhana, lagu ini identik dengan semangat kebersamaan, persaudaraan, serta penghargaan terhadap kekayaan budaya lokal.

Tidak mengherankan jika banyak acara formal maupun non-formal menggunakan lagu ini sebagai penutup atau selingan untuk mencairkan suasana. Maka dari itu, ketika para anggota DPR berjoget dengan iringan lagu ini, ada makna simbolik yang bisa dimaknai sebagai ajakan untuk merayakan persatuan di tengah perbedaan politik.

Kronologi Kejadian

Berdasarkan berbagai laporan media, kejadian tersebut terjadi setelah rangkaian Sidang Tahunan MPR 2025 selesai digelar. Ketika suasana mulai cair, beberapa anggota DPR tampak maju ke depan dan mengikuti alunan lagu “Gemu Fa Mi Re”. Sadarestuwati menjadi salah satu yang terlihat bersemangat, berjoget sambil tersenyum lepas.

Video tersebut kemudian menyebar cepat melalui media sosial, terutama di platform TikTok, Instagram, dan X (Twitter). Dalam hitungan jam, rekaman itu masuk ke dalam jajaran konten trending, memicu diskusi publik yang begitu luas.

Reaksi Publik: Pro dan Kontra

Fenomena ini menimbulkan pro dan kontra. Sebagian masyarakat menganggap aksi joget tersebut wajar, bahkan positif. Mereka menilai bahwa setelah melewati sidang panjang dengan atmosfer serius, para wakil rakyat berhak melepas penat dengan cara yang menyenangkan. Selain itu, memilih “Gemu Fa Mi Re” dianggap tepat karena lagu tersebut mengangkat budaya Nusantara.

Namun, di sisi lain, kritik datang dari masyarakat yang menilai aksi itu tidak pantas dilakukan di forum resmi kenegaraan. Beberapa pihak menilai bahwa DPR seharusnya menjaga wibawa lembaga legislatif, bukan justru menampilkan hiburan yang berpotensi merusak citra kelembagaan.

Di media sosial, perdebatan semakin sengit. Ada yang mengunggah komentar bernada sindiran, menyebut para anggota DPR lebih suka berjoget ketimbang menyelesaikan persoalan rakyat. Sebaliknya, ada juga yang membela dengan mengatakan, “Bukankah politisi juga manusia? Sesekali tertawa dan menari itu wajar.”

Dimensi Politik dan Budaya

Aksi joget ini tidak bisa dilepaskan dari dimensi politik dan budaya Indonesia. Dari sisi budaya, tarian massal “Gemu Fa Mi Re” merepresentasikan nilai gotong-royong dan kekeluargaan, dua hal yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa.

Namun dari sisi politik, momen ini justru rawan ditafsirkan secara berbeda. Lawan politik mungkin saja menggunakan potongan video tersebut untuk menyerang citra partai atau personal, dengan narasi bahwa para wakil rakyat tidak serius dalam menjalankan tugas. Dengan kata lain, satu gerakan joget bisa menjadi “amunisi politik” yang diperbesar maknanya.

Peran Media Sosial dalam Membesarkan Isu

Tidak dapat dipungkiri, media sosial berperan besar dalam membuat momen ini viral. Video berdurasi singkat lebih mudah menyebar daripada berita panjang. Ditambah lagi, algoritma platform digital cenderung memprioritaskan konten yang memicu reaksi emosional, baik itu tawa, marah, maupun sindiran.

Di sinilah terlihat bagaimana masyarakat kini tidak hanya menilai kinerja politisi dari laporan resmi atau pemberitaan formal, tetapi juga dari potongan momen keseharian yang viral. Akibatnya, politisi harus semakin berhati-hati dalam menjaga perilaku, bahkan setelah sidang resmi sekalipun.

Pelajaran dari Fenomena Ini

Ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil dari kejadian ini:

1. Citra Politisi di Era Digital
Setiap tindakan wakil rakyat bisa direkam dan disebarkan, sehingga menjaga sikap di ruang publik menjadi sangat penting.

2. Budaya Lokal sebagai Identitas Nasional
Meski kontroversial, aksi ini tetap menunjukkan bahwa budaya daerah memiliki daya tarik yang kuat untuk mempersatukan masyarakat.

3. Keseimbangan antara Formalitas dan Humanitas
Politisi memang dituntut menjaga wibawa, tetapi di sisi lain mereka juga manusia biasa yang butuh ruang untuk mengekspresikan diri.

4. Peran Publik sebagai Pengawas
Reaksi masyarakat melalui media sosial menunjukkan bahwa rakyat semakin aktif mengawasi dan menilai perilaku wakilnya.

Respons Resmi yang Diharapkan

Hingga kini, belum ada klarifikasi resmi yang detail dari pihak DPR terkait joget usai sidang tahunan tersebut. Namun, para pakar komunikasi politik menyarankan agar pihak terkait segera memberikan pernyataan yang menekankan sisi positif dari aksi itu, misalnya sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya lokal. Hal ini penting untuk meredam persepsi negatif yang bisa berkembang lebih luas.

Kesimpulan

Fenomena “Anggota DPR Joget ‘Gemu Fa Mi Re’ Usai Sidang Tahunan MPR” bukan hanya sekadar hiburan viral, tetapi juga mencerminkan bagaimana citra politisi kini berada di bawah sorotan publik yang tajam. Peristiwa sederhana bisa dengan cepat menjadi isu besar berkat peran media sosial.

Di satu sisi, joget ini bisa dilihat sebagai simbol keceriaan, penghargaan terhadap budaya Nusantara, sekaligus pelepas penat usai sidang panjang. Namun di sisi lain, kritik soal wibawa dan profesionalitas tetap relevan untuk didiskusikan.

Apa pun penilaiannya, fenomena ini mengingatkan bahwa wakil rakyat tidak hanya bekerja dalam ruang sidang, melainkan juga dalam “ruang digital” di mana setiap gerak-geriknya akan selalu dipantau oleh masyarakat.

Pencarian Populer: Anggota DPR joget Gemu Fa Mi Re, sidang tahunan MPR 2025, berita viral DPR, kontroversi DPR berjoget.

0/Post a Comment/Comments

Ads1
Ads2